Kota Bersejarah Gyeongju, Korea Selatan




Kota Bersejarah Gyeongju adalah daftar Situs Warisan Dunia milik Korea Selatan yang dimasukkan oleh UNESCO pada tahun 2000. Wilayah yang dilindungi mencakup daerah-daerah yang memiliki peninggalan-peninggalan kuil dan istanapagoda dan arca-arca serta artefak budaya yang berasal dari kerajaan Silla. Area ini dikenal sebagai museum lapangan (luar ruangan) terbesar di dunia.


Sejarah awal Gyeongju berkaitan erat dengan kerajaan Silla yang merupakan ibukota dari kerajaan tersebut.[17] Gyeonju pertama kali masuk dalam catatan sejarah non-Korea sebagai Saro-guk, selama periode Samhan.[17] Sejarah Korea mencatat bahwa Saro-guk didirikan pada tahun 57 SM, ketika enam desa kecil di Gyeongju bersatu di bawah Bak Hyeokgeose. Seiring dengan berkembangnya kerajaan, namanya kemudian berganti menjadi Silla. Selama periode Silla, kota ini disebut dengan "Seorabeol", "Gyerim" atau "Geumseong".[17][18]
Setelah unifikasi Silla Bersatu di Sungai Taedong[19] pada 668 SM, Gyeongju menjadi pusat kehidupan politik dan kebudayaan Korea.[20] Kota ini menjadi rumah bagi istana kerajaan silla serta tempat tinggal kaum elit kerajaan. Kemakmurannya menjadi legenda dan tersiar hingga ke Persia berdasarkan bcatatan sejarah pada abad ke-9. Catatan Samguk Yusa menuliskan bahwa jumlah populasi pada saat mencapai puncak sebanyak 178.936 kepala keluarga dengan jumlah total populasi mencapai hampir satu juta.[21][22][23] Banyak tempat - tempat terkenal Gyeongju dibangun pada masa Silla Bersatu dan statusnya sebagai ibukota berakhir pada akhir abad ke-9 oleh Goryeo (918 - 1392).[17]
Pada 940 M, pendiri Goryeo, Raja Taejo, mengganti nama kota menjadi "Gyeongju"[24] yang arti harfiahnya "kota ucapan selamat.[25] Pada 987, Gyeongju menjadi "Donggyeong" ("Ibukota Timur") karena penetapan sistem Goryeo yang menambah tiga ibukota di luar Gaegyeong (sekarang Kaesong) namun sebutan ini dihapus pada 1012 pada tahun ketiga pemerintahan Raja Hyeonjong sehubungan dengan masalah politik pada waktu itu.[26] Gyeongju akhirnya menjadi ibukota provinsi Yeongnam.[17] Kota ini memiliki yurisdiksi yang tersebar didaerah yang luas termasuk bagian timur Yeongnam.[17]

Kota Gyeongju pernah mengalami beberapa penyerbuan. Pada abad ke-13, pasukan Mongol menghancurkan sebuah pagoda 9 tingkat Hwangnyongsa.[17][28] Selama invasi Jepang ke Korea, Gyeongju menjadi area perang yang memanas[17] dan pasukan Jepang membakar Bulguksa.[29][30] Pada awal periode Joseon, kerusakan yang besar terjadi pada patung Budha di Namsan yang dilakukan oleh kaum radikal Neo-Konfusianisme yang merusak bagian lengan dan kepala patung.[31]

Pada abad ke-20, Gyeongju tidak lagi dihitung sebagai salah satu kota besar di Korea.[32] Selama awal periode abad ini, banyak dilakukan penggalian arkaelogis pada kuburan - kuburan yang ada.[33] Sebuah museum, yang menjadi cikal bakal Museum Nasional Gyeongju didirikan untuk menampilkan benda - benda hasil penggalian.[34]
Pada masa Penjajahan Jepang di Korea, Gyeongju berfungsi sebagai jalur kereta api. Jalur Donghae Nambu dan Jalur Jungang dibangun untuk menghadapi Perang Tiongkok-Jepang Kedua dan untuk mengeksploitasi kekayaan alam di timur semenanjung Korea.[35][36] Seusai liberalisasi pada 1945, kekacauan terjadi di Korea dan Gyeongju terkena dampak dari kekacauan ini. Para pejuang datang dari berbagai daerah dan dibangun sebuah desa tersendiri bagi mereka yang saat ini menjadi Dongcheon-dong.[37] Pada masa konflik yang berkepanjangan ini, Gyeongju dikenal karena aktivitas perang gerilya yang terjadi di daerah perbukitan.[38]




Walaupun Perang Korea pecah pada tahun 1950, sebagian besar Gyeongju terbebas dari daerah pertempuran dan berada dibawah kekuasaan penuh Korea Selatan. Namun, diakhir 1950 ada bagian dari kota ini yang menjadi garis depan daerah perang ketika pasukan Korea Utara menyerang Perimeter Busan yang berada di selatan Pohang.[39]
Pada tahun 1970an, pemerintah Korea melihat pembangunan industri yang potensial, terutama di daerah Yeongnam dimana Gyeongju termasuk di dalamnya.[40][41] Pabrik baja POSCO di Pohang memulai operasinya pada 1973,[42] dan kompleks manufaktur kimia di Ulsan bergabung pada tahun yang sama.[43] Pembangunan ini membantu pertumbuhan industri manufaktur di Gyeongju.[12]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar